Tegas Terhadap Impor, Perkuat Pasar Dalam Negeri

JAKARTA–Pengusaha Nasional dan juga Ketua TPN Ganjar Presiden, Arsjad Rasjid sepakat dengan langkah pemerintah memperketat masuknya produk impor untuk menyelamatkan perekonomian dalam negeri.

Arsjad mengatakan, jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta jiwa merupakan pasar besar yang dilirik banyak negara. Seharusnya dengan kekuatan pasar dalam negeri tersebut, Indonesia harusnya memajukan produk dalam negeri untuk nilai tambah yang lebih besar bagi perekonomian nasional.

Ketergantungan terhadap impor akan menyebabkan ekonomi dalam negeri lumpuh. UMKM Indonesia kalah saing dan produk-produk dalam negeri tidak mendapat tempat. Padahal, dari sisi kualitas, produk dalam negeri tidak kalah saing, bahkan merajai pasar internasional.

“Ini juga menjadi catatan untuk pemimpin masa depan Indonesia. Pemimpin terpilih harus berani bersikap tegas untuk memajukan perekonomian dalam negeri, berpihak pada produk lokal, dan seleksi ketat terhadap setiap izin impor,” ujar dia.

Seperti diketahui, pemerintah bakal mengubah sistem lalu lintas barang dari post border (di luar kawasan pabean) menjadi border control terhadap produk tertentu. Hal ini dilakukan untuk memberikan perlindungan kepada pasar dalam negeri dari ancaman produk impor.

Menurut data BPS, nilai impor produk tekstil Indonesia pada tahun 2022 mencapai US$6,5 miliar, meningkat 21,6% dari tahun sebelumnya. Negara-negara asal impor produk tekstil terbesar ke Indonesia pada tahun 2022 adalah Tiongkok (US$3,9 miliar), India (US$1,1 miliar), Vietnam (US$500 juta), Thailand (US$200 juta), dan Bangladesh (US$150 juta).

Produk tekstil yang paling banyak diimpor ke Indonesia adalah kain lembaran, benang filamen, dan serat. Kain lembaran menyumbang 64,3% dari total nilai impor produk tekstil Indonesia pada tahun 2022. Produk lain adalah pakaian bekas yang dijual bebas di pasar tekstil Indonesia.

Indonesia juga masih mengimpor berbagai komoditas pangan, baik bahan pangan pokok maupun non-pokok. Impor pangan Indonesia pada tahun 2022 mencapai US$32,2 miliar, naik 22,4% dari tahun sebelumnya.

Arsjad menegaskan, dalam kondisi konflik geopolitik saat ini, penting bagi Indonesia untuk melindungi pasar dalam negeri. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia bergantung dari pasar dalam negeri. UMKM menjadi penggerak utama pasar dalam negeri.