Tiga Jari, Tiga Janji: Berjuang Bersama untuk Demokrasi
JAKARTA — Berdiri tegak di hadapan para pendukungnya, Ganjar Pranowo tampak mengacungkan jari telunjuk, jari tengah dan jari manis kanannya ke atas. Ganjar yang kemudian mengangkat tinggi-tinggi tangannya, diikuti para pendukungnya.
Secara serempak mereka menirukan gerakan Ganjar. Di antara mereka, bendera Merah-Putih terlihat dikibarkan.
Pada tayangan video pendek yang diunggah di media sosialnya, Ganjar menuliskan maksud tabik tiga jari tersebut. “Tiga jari tiga janji: taat pada Tuhan, patuh pada hukum, dan setia pada rakyat,” sebut Ganjar Pranowo.
Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Arsjad Rasjid menerangkan, bukan tanpa sebab Ganjar melakukan salam tiga jari yang juga menjadi simbol perjuangan demokrasi tersebut.
Salam tiga jari yang diambil dari angka 3 sebagai nomor urut pasangan Ganjar-Mahfud itu sekaligus juga dimaksudkan sebagai simbol komitmen dalam menjaga dan menegakkan demokrasi di Tanah Air, yang belakangan terasa mencemaskan.
“Salam tiga jari menjadi bagian dari simbol pro-demokrasi dunia,” ungkap Arsjad.
Ia menerangkan, Ganjar-Mahfud berkomitmen akan menegakkan demokrasi yang selama ini diperjuangan oleh rakyat Indonesia. Pasangan ini akan berada dalam barisan rakyat yang merasakan kegelisahan atas situasi hukum, peradilan, dan demokrasi yang dinilai kian merosot.
Dalam situasi ini, Ganjar dan Mahfud Md tak akan menyurutkan langkah untuk bergerak bersama rakyat memenangkan demokrasi.
Seperti diketahui, berbagai kalangan dan tokoh mengungkapkan kegelisahannya jika demokrasi di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Menangkap kecemasan ini, Ganjar-Mahfud menjadikan salam tiga jari sebagai simbol perjuangan bersama untuk kembali memenangkan demokrasi dan supremasi hukum.
Asal tahu saja, salam tiga jari semula diadopsi dari film Hunger Games. Tabik ini pertama kali muncul di Thailand pada 2014 sebagai bentuk pembangkangan terhadap rezim militer yang membungkam demokrasi. Pada tahun yang sama, salam demokrasi juga digunakan di Hongkong sebagai simbol perlawanan terhadap pembungkaman suara oleh pemerintah Tiongkok.
Salam demokrasi ikut bergema di Myanmar pada 2021, sebagai simbol perlawanan terhadap rezim militer yang melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang lahir dari proses demokrasi.