JAKARTA – Digitalisasi yang saat ini berkembang pesat menjadi bumerang dalam pengembangan ekonomi nasional. Industri bisa beroperasi dan berproduksi lebih efisien, tapi sekaligus menjadi ancaman bagi penyerapan tenaga kerja.
Kondisi seperti ini, ungkap Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Nasional (KADIN) Indonesia Arsjad Rasjid, jangan sampai terjadi di Indonesia. “Justru kita harus melihatnya sebagai peluang,” tegasnya saat menjadi narasumber dalam sebuah seminar investasi di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Kendati demikian, dia menyadari bahwa digitalisasi berpotensi membawa perubahan pada peta industri dan bisnis. Hal ini membawa konsekuensi pada penyerapan tenaga kerja. Jika kondisi tersebut tidak diikuti dengan peningkatan keterampilan tenaga kerja yang memadai, akan menjadi bumerang, yakni memicu peningkatan pengangguran di Indonesia.
Dengan alasan itulah, Arsjad mengungkapkan, dia bersama KADIN memberikan perhatian serius dalam peningkatan SDM agar mampu menyesuaikan dengan tuntutan industri. Bagi dia, pengembangan ekonomi digital harus berjalan secara inklusif, tanpa meninggalkan siapa pun. Artinya, antisipasi terhadap transformasi tersebut harus dilakukan sejalan dengan bonus demografi yang dimiliki Indonesia.
Arsjad Rasjid kerap kali mengingatkan masalah digitalisasi ini, bahkan mendorong organisasi dunia usaha yang dipimpinnya untuk mengampanyekannya di daerah-daerah. Dia mengingatkan, pengembangan digitalisasi telah terbukti membuat banyak Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) bertahan serta berkembang.
Hingga saat ini, katanya, baru sekitar 20,9 juta UMKM yang tergabung dalam ekosistem digital. Dengan demikian, masih ada separuh lebih yang perlu mendapat perhatian dunia usaha besar dan pemerintah agar UMKM di Indonesia bisa berkembang, bahkan hingga ke tingkat regional dan global.
Saat berkunjung ke pergelaran Solo Great Sale (SGS) beberapa waktu lalu, Arsjad menyambut baik perkembangan event tersebut yang beralih ke platform digital. Namanya adalah SGS GO.
“Melalui pemerataan digitalisasi, ke depannya dapat meningkatkan perekonomian serta pendapatan devisa negara,” jelas Arsjad. Dia menambahkan, digitalisasi dapat membawa perubahan signifikan pada dunia bisnis, termasuk dalam hal peningkatan produktivitas dan penyerapan tenaga kerja.
Untuk mendukung transformasi tersebut, Arsjad mengingatkan agar seluruh Kadin provinsi, kabupaten, dan kota dapat meningkatkan literasi digital. Tujuannya, agar seluruh daerah Indonesia dapat bersaing di era global. Terlebih lagi, Indonesia mendapat kesempatan untuk menjadi tuan rumah ASEAN-BAC (Business Advisory Council) dalam KTT ASEAN 2023.
“Digitalisasi menjadi salah satu aspek yang terus dikembangkan mengingat kawasan ASEAN saat ini sudah menerapkan ASEAN QR-Code. Transformasi digital menjadi aspek penting dalam sinergi ekonomi daerah serta nasional,” tegasnya.
Pemerintah juga memberikan perhatian serius pada literasi digital ini. Bahkan Presiden Joko Widodo telah meluncurkan Program Literasi Digital Nasional pada momentum Peringatan Hari Kebangkitan Nasional Tahun 2021.