JAKARTA–Bank Indonesia baru-baru ini menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 6%. Kenaikan tersebut merupakan yang pertama, setelah hampir tujuh bulan bertahan. Kenaikan suku bunga tersebut tentu saja akan berdampak meluas ke bisnis dan industri.
Pengusaha Nasional dan Ketua TPN Ganjar Presiden Arsjad Rasjid mengatakan, konflik geopolitik Rusia dengan Ukraina serta jalur Gaza mendesak BI harus menaikkan suku bunga, untuk mencegah pelemahan rupiah yang dalam. Pilihan BI memang sulit, karena baik suku bunga maupun stabilitas rupiah sangat berpengaruh terhadap inflasi.
Kenaikan suku bunga acuan tersebut memang akan mempengaruhi pasar yang sudah terbentuk stabil selama lebih dari enam bulan. Perusahaan sudah mulai bisa menyesuaikan dengan kondisi baru, namun harus bersabar kembali untuk berekspansi karena kebijakan baru BI tersebut.
“Pengusaha tidak perlu panik dengan kebijakan ini dan sebaiknya mulai mempertimbangkan strategi untuk menyikapi dampak dari kebijakan tersebut. Kita semua sedang dalam tantangan, dan langkah BI tersebut merupakan bagian dari upaya untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi Indonesia,” katanya.
Arsjad menambahkan, banyak pengusaha mungkin akan memilih wait and see, karena kondisi makro global yang belum bisa diprediksi. Akibat konflik geopolitik tersebut, ekonomi global terjepit dan tertekan. Sementara itu, Amerika Serikat, China, Rusia, dan negara-negara maju di Eropa terdampak konflik tersebut, termasuk sektor ekonomi.
Namun, kebijakan BI tersebut tentu saja baru benar-benar berpengaruh pada industri dan bisnis dalam tiga bulan ke depan. Sementara itu, dalam situasi yang dinamis, pengusaha diharapkan tidak panik untuk mengambil keputusan yang dapat menimbulkan iklim yang tidak kondusif.
“Kita memang harus bersiap untuk mengantisipasi kemungkinan memanasnya situasi global dan dampaknya untuk ekonomi. Tetapi, mari pertimbangkan faktor lain saat ini. Kita juga sedang dalam masa pilpres, masyarakat membutuhkan stabilitas untuk dapat memilih pemimpin dengan tenang dan bijak,” tegasnya.