Ganjar-Mahfud, Contoh Pemimpin yang Pegang Teguh Etika

JAKARTA–Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Arsjad Rasjid menegaskan, pemimpin yang beretika, taat pada hukum, dan mengutamakan kemanusiaan daripada kekuasaan ada pada calon presiden Ganjar Pranowo dan calon wakil presiden Mahfud MD.

“Cobalah lihat proses dari pencalonan Ganjar, penuh dinamika, tetapi dia tetap loyal, setia pada prosedur dan hukum. Lihat juga Mahfud MD yang pernah gagal di saat akhir dan kini tampil sebagai cawapres. Tidak ada permusuhan yang dia tebar, penuh loyalitas, taat pada undang-undang,” ujar Arsjad.

Arsjad mengatakan, keutamaan dari kedua tokoh tersebut lahir dari budaya masyarakat yang penuh etika. Keduanya tumbuh dari keluarga sederhana, yang belajar berproses, meniti karier dari tangga paling bawah, belajar jatuh bangun, dan tampil sebagai pemimpin yang kuat, tegas, tetapi penuh empati.

“Indonesia butuh pemimpin seperti ini, yang mampu mengendalikan diri dan tahu batas-batas. Etika tidak bisa dipahami hanya dari kepala, tetapi harus dari bawah, dari laku masyarakat,” katanya.

Arsjad menambahkan, jangan sampai Indonesia kehilangan calon pemimpin yang mampu mendengarkan suara rakyat, pemimpin yang bersih, lurus, dan penuh etika. Ganjar Mahfud lahir dari kesederhanaan dan terbiasa hidup dengan ritme masyarakat kelas bawah.

“Mereka adalah representasi orang kecil dan siap mendedikasikan diri untuk masyarakat, dan bukan kekuasaan semata,” tegas dia.

Dalam pertemuannya dengan Romo Magnis Suseno, Guru Besar Filsafat Driyakarta, Ganjar diingatkan soal etika politik. Ganjar juga dihadiahi dua buku karya Romo Magnis, berjudul ‘Etika Politik’ dan ‘Iman Dalam Tantangan’.

Ganjar menegaskan, etika pemimpin itu dekat sekali dengan kenegarawanan dan kemampuan untuk mendengarkan suara orang kecil.

“Kenegarawanan itu penting. Teori Representasi tadi beliau ceritakan bahwa banyak orang kecil sekarang agak sulit. ‘Siapa wakil saya yang harus bisa menyuarakan suara saya?’. Itu sebenarnya mencolek hati para politisi, kita-kita yang duduk dalam jabatan publik untuk lebih perhatian pada mereka. Beliau cerita soal kemiskinan, soal akses-akses kemudahan menuju kesejahteraan,” ungkap Ganjar.