Indika Energy Gaet Foxconn Investasi Mobil Listrik di Indonesia

JAKARTA–PT Indika Energy Tbk (INDY) melalui anak usahanya, yakni PT Mitra Motor Group, membentuk perusahaan patungan (joint venture/JV) dengan Foxtec Singapore Pte Ltd pada 22 September 2022. Entitas baru itu adalah PT Foxconn Indika Motor (FIM) yang akan melakukan kegiatan manufaktur kendaraan bermotor roda empat atau lebih, manufaktur batu baterai dan jasa konsultasi manajemen.

Pendirian perusahaan patungan ini diikuti dengan penyertaan modal sebesar Rp39 miliar dari Mitra Motor Group atau setara dengan 60 persen modal yang disetor. Kemudian Foxconn menyetor modal sebesar Rp29 miliar. PT Foxconn Indika Motor menjadi perusahaan mobil listrik terbesar di Asia Tenggara.

Purbaja Pantja, Director and Group Chief Investment Officer Indika Energy mengatakan ada potensi besar untuk pengembangan ekosistem kendaraan listrik (EV) di Indonesia, mengingat target pemerintah untuk memiliki 2 juta mobil listrik dan 13 juta sepeda motor listrik di jalan pada tahun 2030.

“Kolaborasi ini akan mendukung Indonesia untuk menjadi ekosistem EV dan pengembang baterai terkemuka,” kata Purbaja dalam keterangan tertulis, Sabtu (24/9/2022).

Kolaborasi Indika Energy dan Foxconn itu, kata Purbaja, akan fokus kepada kendaraan listrik komersial roda empat. Sedangkan motor listrik menjadi fokus perusahaan Ilectra Motor Group dengan Alpha JWC dan Horizons Ventures. Ilectra telah meluncurkan motor listrik dengan merek Alva One.

Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia, komponen penting dalam baterai kendaraan listrik. Pemerintah telah mendorong pengembangan industri baterai dalam negeri, serta manufaktur EV lokal.

“Indonesia adalah ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan pemimpin G-20 tahun ini dan ASEAN tahun depan. Ini berkomitmen untuk target emisi nol bersih yang ambisius,” kata Troy Wu, dilansir oleh Asia Nikkei “Usaha patungan ini memperlihatkan komitmen Foxconn untuk mendukung Indonesia dalam membangun ekosistem berkelanjutan.”

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pada tahun 2017, Indonesia mampu menghasilkan 2,12 juta ton nikel pig iron (NPI) dan 482.400 ton feronikel (FeNi) pada tahun 2017. Data Badan Geologi menyebutkan bahwa per tahun 2012, Indonesia memiliki 1,02 miliar ton dari total cadangan nikel, terutama berlokasi di Sulawesi dan Maluku.

Dengan sumber daya alam itu, Indonesia berpotensi menjadi produsen baterai lithium dan mobil listrik terbesar di dunia. “Indonesia memiliki kandungan nikel yang luar biasa banyak. Nikel adalah bahan utama pembuatan baterai lithium, yang digunakan untuk mobil listrik. Jadi, seharusnya kita bisa menguasai salah satu rantai pasok baterai lithium dan pengembangan mobil listrik dunia,” kata Presiden Direktur PT Indika Energy tbk (INDY), Arsjad Rasjid.

Arsjad mengatakan perusahaannya menargetkan sumber pendapatan pada 2025 setengahnya bersumber dari sektor non batu bara. Ketua Umum KADIN Indonesia ini mengatakan bahwa INDY berkomitmen mewujudkan net zero emission 2050.

Selain mengurangi emisi karbon, Arsjad menyatakan bahwa pengembangan mobil listrik akan menimbulkan efek domino dan meningkatkan peran pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) pada industri otomotif dalam negeri.