KADIN Indonesia dan Microsoft Ajak Perusahaan Dukung Talenta Digital

JAKARTA–Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia dan Microsoft mengajak perusahaan untuk ikut mendukung pengembangan talenta digital di Indonesia. Caranya, perusahaan dapat menerima pemagang bagi peserta Mirosoft Berpijar yang diinisiasi Pijar Foundation.

Microsoft Berpijar merupakan program pengembangan Future Talent Indonesia yang terdiri dari kursus pembelajaran dan magang. Microsoft Berpijar memiliki 2.932 peserta yang tersebar di 319 perguruan tinggi. Para peserta mendapatkan pelatihan General Course, SME Course, dan e-Governance Course.

Salah satu fokus utama pada program Microsft Berpijar adalah pengembangan bisnis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia. “Program magang sekaligus menjadi saran perusahaan untuk berkontribusi dalam pengembangan dan pemerataan talenta digital di Indonesia,” kata Ketua Umum KADIN, Arsjad Rasjid, Selasa (20/9/2022).

Bagi Arsjad, pengembangan digitalisasi saat ini merupakan keharusan yang tak dapat ditolak, karena jika diabaikan dampaknya sangat buruk bagi perusahaan. Saat ini sudah banyak perusahaan bangkrut karena tak mampu beradaptasi. Arsjad mengatakan digitalisasi dapat meningkatkan peluang dan daya saing perusahaan.

Di tengah pesatnya pertumbuhan ekonomi digital Indonesia, Arsjad memaparkan dua tantangan yaitu ketidakmerataan infrastruktur konektivitas digital dan keterbatasan talenta digital.

“Untuk mengatasi tantangan yang ada, pemerintah dan swasta harus berkolaborasi untuk memastikan setiap desa terkoneksi dengan internet. Kita juga harus pastikan bahwa Indonesia memiliki banyak talenta digital yang memadai untuk menyongsong Indonesia Emas 2045,” kata Arsjad.

Arsjad berpendapat tenaga kerja Indonesia harus mampu beradaptasi pada era revolusi industri 4.0. Apalagi, saat ini adopsi digitalisasi perusahaan Indonesia baru sebesar 20 persen, sedangkan di negara lain seperti Singapura, Korea, dan Tiongkok sudah mencapai 40 persen. Untuk itu, agar SDM tetap mampu bersaing di era digital, perlu menambah kemampuan dengan cara reskilling atau upskilling.

Laporan terbaru Mckinsey menyatakan bahwa 30% pekerja global dapat digantikan oleh otomatisasi pada tahun 2030. Peran TI tradisional secara bertahap akan hilang, digantikan oleh teknologi kecerasan buatan (AI) dan proses otomatis.

Mckinsey menunjukkan bahwa antara 400 juta dan 800 juta orang dapat tergusur oleh perubahan ini dan perlu mencari pekerjaan baru pada tahun 2030 di seluruh dunia. Pekerjaan baru memang akan tersedia. Namun, orang perlu menemukan jalan mereka ke pekerjaan ini. Ada sekitar 75 juta hingga 375 juta orang mungkin perlu beralih kategori pekerjaan dan mempelajari keterampilan baru.