KADIN Perluas UMKM Masuk ke Pasar Jepang

JAKARTA–Di sela-sela pertemuan ASEAN Business & Investment Summit (ABIS) 2023, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia menggelar pertemuan eksklusif dengan Japan External Trade Organizations (JETRO).

Pertemuan tersebut sebagai kelanjutan dari business matching bagi pelaku UMKM yang dilakukan beberapa waktu lalu, sehingga para pelaku UMKM dapat memasarkan produk unggulannya di Jepang.

Ketua Umum KADIN Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan, Kadin Indonesia terus mengkaji untuk memberikan kesempatan kepada pelaku UMKM untuk go international. Prosesnya memang cukup panjang, terutama dalam mempersiapkan barang dan jasa itu dapat diterima, baik secara legal maupun sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan masyarakat setempat.

Sebelumnya, business matching yang telah berjalan pada Agustus lalu mencetak total nilai ekspor hingga Rp10 miliar. Produk mereka dengan sendiinya dapat dengan mudah diterima pasar di Jepang, karena sebelumnya telah melakukan konsultasi dan pendampingan untuk mencocokkan kualitas barang dan jasa dengan permintaan di Jepang.

Para UMKM yang terlibat hingga ke Jepang, di antaranya Pipiltin Cocoa, Alko Sumatra Kopi, Sukkha Citta, Shiroshima, House of Tea, Balista Coffee Liqueur, Sambal Pecah, Jamune, dan Ohana Mie.

Pada 2022, nilai ekspor produk UMKM Indonesia mencapai US$27,4 miliar. Nilai ini meningkat 22,8% dibandingkan capaian tahun sebelumnya sebesar US$22,2 miliar.

Arsjad menambahkan, selain pasar Jepang, negara-negara lain juga sangat menjanjikan untuk menikmati produk Indonesia. Namun, perlu upaya keras untuk dapat memperkenalkan produk-produk UMKM Indonesia tersebut ke pasar global. Salah satunya adalah dengan mengajak pelaku UMKM untuk terlibat dalam pasar global melalui digitalisasi.

Melalui platform digital, pelaku UMKM memperoleh kemudahan, seperti memperluas akses pasar, meningkatkan visibilitas produk, mempermudah penjualan, dan efisiensi biaya.

Seperti diketahui, pada 2022, nilai transaksi pasar digital di Indonesia mencapai Rp632 triliun. Nilai transaksi itu diperkirakan akan terus bertumbuh hingga mencapai Rp4.531 triliun pada 2030.

Pertumbuhan ekonomi digital juga diprediksi akan mendorong pertumbuhan domestik bruto di Indonesia dari Rp15.400 triliun menjadi Rp24.000 triliun pada 2030. Oleh karena itu, mendorong digitalisasi UMKM secara massif merupakan langkah penting yang perlu dilakukan untuk menjamin tercapainya pertumbuhan ekonomi digital yang semakin solid.