JAKARTA–Merancang pertumbuhan ekonomi global yang kuat tidak akan pernah lepas dari isu kesehatan. Pandemi COVID-19 telah menyadarkan negara-negara G20 untuk menyepakati sebuah arsitektur kesehatan global demi membangun standar dan pengetahuan yang sama dalam menghadapi pandemi dan isu kesehatan di masa mendatang.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Arsjad Rasjid mengatakan pandemi telah menyadarkan negara-negara G20 terhadap pentingnya upaya bersama membangun arsitektur kesehatan global. “Arsitektur kesehatan yang mampu merespons secara cepat dan efektif atas setiap tantangan dan krisis kesehatan global di masa mendatang,” kata Arsjad dalam keterangannya, Senin (24/20/2022).
B20 telah menginisiasi One Shot Legacy program yang menginisiasi kerja sama multipihak, baik pemerintah, industri, dan organisasi internasional untuk meningkatkan komitmen dunia pada ketahanan kesehatan global. Ada empat program Legacy krusial yang disiapkan oleh Presidensi B20 Indonesia, yakni Carbon Centre of Excellence, B20 Wiki, One Global Women Empowerment (OGWE), dan Global “One Shot” Campaign.
Arsjad menegaskan bahwa program Legacy ini penting untuk pemulihan yang inovatif, inklusif dan kolaboratif di seluruh negara G20. Arsjad mengatakan, dukungan International Advocacy Caucus (IAC) terkait program Legacy sangat penting untuk memastikan keberlanjutan program ini setelah Presidensi B20 Indonesia.
Dalam merealisasikan program tersebut, KADIN Indonesia secara intens bertemu dengan Tony Blair, Founder & Executive Chairman of Tony Blair Institute of Global Change.
Arsjad Rasjid mengatakan, ketimpangan kapasitas dan kapabilitas dalam menghadapi pandemi COVID-19 yang menyebabkan berjatuhan korban di negara-negara merupakan keprihatinan yang seharusnya dapat diatasi seandainya adanya mekanisme mitigasi kesehatan bersama.
“Sir Tony telah membawa One Shot Legacy Program kepada kenyataan dan siap menarik gerbong negara-negara G20 untuk berkolaborasi mewujudkan arsitektur kesehatan global sehingga tidak ada lagi ketimpangan dalam menghadapi krisis kesehatan global,” kata Arsjad.
Seperti diketahui, Tony Blair merupakan sosok penting dan berpengaruh dalam menggerakkan agenda International Advocacy Caucus (IAC), terutama atas upayanya melalui Global Health Security Consortioum (GHSC), sebuah inisiatif gabungan dari Tony Blair Institute for Global Changem Ellison Institute dan para ilmuwan Universitas Oxford dalam mentransformasi kesehatan global.
Dalam forum diskusi IAC beberapa waktu lalu, Tony Blair mengatakan, pandemi telah menyadarkan dunia untuk mengakselerasi ketersediaan dan perkembangan vaksin baru, termasuk untuk penyakit tidak menular. Vaksin-vaksin baru itu akan tersedia untuk negara-negara berpendapatan lebih rendah untuk memastikan kesetaraan akses dalam bidang kesehatan.
“Pertanyaan yang harus dijawab sekarang adalah bagaimana kita belajar dari pandemi Covid-19 untuk memastikan vaksin baru ini, seperti vaksin demam berdarah, malaria, HIV AIDS, tuberculosis, dapat diproduksi, didistribusikan, dan diabsorbsi dengan baik oleh semua pemerintah” jelas Tony.
Arsjad mengatakan, belajar dari pengalaman pandemi kemarin, Indonesia dapat menjadi contoh dari kesuksesan mengatasi pandemi dengan semangat kolaborasi. Tidak mudah untuk mendorong vaksinasi sebagai game charger bagi 270 juta jiwa. Namun, dengan kolaborasi multipihak, vaksinasi tersebut dapat tercapai dan Indonesia dapat pulih dari tantangan pandemi.
“Terima kasih Sir Tony untuk dukungannya. Sampai jumpa pada peluncuran One-Shot Legacy program di Bali nanti. Seluruh dunia menanti realisasi dari mimpi bersama hadirnya sebuah platform yang menginisiasi gerakan bersama dalam menghadapi perubahan akibat pemanasan global yang menyebabkan munculnya krisis kesehatan dunia,” kata Arsjad.