Arsjad Rasjid Tinggalkan Bisnis Batu Bara

Presiden Direktur PT Indika Energy, Arsjad Rasjid buka-bukaan terkait rencana INDY meninggalkan bisnis batu bara di tengah lonjakan harga komoditas.

Arsjad mengatakan bahwa INDY dalam mewujudkan komitmen menuju netral karbon pada 2050 sehingga transisi terus dilakukan meski harga komoditas masih “to the moon”.

Seperti apa rencana bisnis INDY meninggalkan batu bara? Selengkapnya simak dialog Wahyu Daniel dengan Presiden Direktur PT Indika Energy Tbk (INDY), Arsjad Rasjid dalam Closing Bell , CNBC Indonesia (Jum’at, 09/09/2022).

Sumber video: https://www.youtube.com/watch?v=v9vgyj0jc1g

Sinergi Dunia Usaha dan Pemerintah Kunci Menuju Ekonomi 8%

JAKARTA – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Arsjad Rasjid menegaskan target pertumbuhan ekonomi 8% sangat ditentukan oleh sinergi antara dunia usaha dan pemerintah.

“Yang tak kalah penting adalah sinergi antara pemerintah dengan dunia usaha,” ujar Arsjad.

Dia menambahkan, lima tahun mendatang menjadi masa paling krusial bagi Indonesia untuk bisa mewujudkan cita-cita Indonesia Emas. Karena itu, butuh keselarasan semua pihak sehingga Indonesia bisa maju bersama dalam satu visi.

Keselarasan tersebut dibutuhkan baik dari sisi regulasi, kebijakan, target. “Selaras juga dari pemerintah pusat sampai daerah, antara eksekutif dan legislatif. Jika sinergi dan keselarasan itu terjadi, target pertumbuhan ekonomi 8% yang diharapkan bisa tercapai,” tegas dia.

Sebelumnya, Arsjad menegaskan, sudah lima kali Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi 8%. Dengan pengalaman tersebut, semua pihak seyogyanya optimistis dapat mencapai pertumbuhan ekonomi 8% tersebut.

Kadin Indonesia di bawah kepemimpinan Arsjad Rasjid juga telah menyusun white paper yang berisi usulan prioritas strategis bagi pembangunan ekonomi Indonesia untuk lima tahun ke depan.

White paper tersebut diharapkan menjadi referensi bagi pemerintah dalam menetapkan langkah dan strategi  pembangunan 2024-2029, yang bakal menjadi landasan untuk Indonesia Emas 2045.
Usulan tersebut mencakup 18 tema pertumbuhan, yang fokus pada pertumbuhan prioritas dengan target pertumbuhan sekitar US$400-450 miliar atau setara 80 persen PDB dalam lima tahun mendatang.
“Dampaknya bisa tercipta 16-18 juta lapangan pekerjaan serta 5 juta lapangan kerja tambahan dari belanja modal (capital expenditure) di 2029,” jelas Arsjad.